Yazid Kohar (Foto: Enggran EB/detikcom) |
Mojokerto - Masa kelam pemberontakan Partai Komunis
Indonesia (PKI) 49 tahun silam, ternyata berimbas pula di Mojokerto.
Setidaknya terdapat memori kelam pergerakan PKI di kota kecil ini pada
tahun 1967. Mulai dari provokasi PKI hingga pembubarannya oleh ormas
Islam di Mojokerto. Berikut ini secuil kisah dari seorang pelaku sejarah
penumpasan PKI di Mojokerto.Secuil memori kelam itu dituturkan
kembali oleh Yazid Kohar (64). Setiap tanggal 30 September, hari
peringatan G 30S PKI, pikiran pria asal Kelurahan Miji, Kecamatan
Prajurit Kulon ini menerawang jauh ke tahun 1967, masa di mana dia
menyaksikan langsung tragedi berdarah perang saudara penumpasan PKI di
Mojokerto.Pria kelahiran 12 November 1950 ini menuturkan,
penyebaran paham komunis di Mojokerto terjadi sejak tahun 1962. Melalui
kesenian ludruk keliling kampung yang dikembangkan oleh Lembaga
Kebudayaan Rakyat (Lekra), lembaga bentukan PKI yang bermarkas di
Panggreman, Kelurahan Kranggan, Kota Mojokerto.Dalam setiap
pertunjukan ludruk, Lekra menghibur masyarakat dengan lagu
"Genjer-Genjer". Lagu yang sarat nilai komunisme itu, sebagai langkah
penanaman nilai ideologis kepada masyarakat luas. Pertunjukan selalu
disertai dengan pidato provokasi perlawanan terhadap tuan tanah."Tahun
1965, kesenian ludruk ada di setiap kecamatan, kemudian muncul gerakan
'land reform' oleh PKI, setiap petani hanya boleh memiliki tanah
maksimal 1 hektar, jika lebih dari itu, wajib diserahkan kepada Barisan
Tani Indonesia (BTI) yang pro PKI," ucap Yazid kepada wartawan saat
ditemui di ruangan Kepala Sekolah SMAI Brawijaya Mojokerto, Selasa
(30/9/2014).Gerakan 'land reform' inilah yang memicu konflik
sosial semakin meluas. Memasuki awal tahun 1967, pasca pengumuman resmi
pembubaran PKI oleh pemerintah pusat, pergerakan penumpasan PKI di
Mojokerto pun mulai terjadi. Yazid mengaku usianya saat itu menginjak 17
tahun. Masih tergambar jelas kenangan pada suatu malam di awal tahun
1967 itu."Ada dua orang dari unsur TNI pusat menghimpun ratusan
pemuda ormas Islam di Mojokerto untuk dilatih. Gerakan pertama dimulai
pada tengah malam membubarkan kantor Center Comite (CC) PKI di Jalan
Prapanca, Kota Mojokerto," tutur mantan anggota DPRD Mojokerto 3 periode
itu.
Dalam penggeledahan di kantor CC PKI itu, menurut Yazid, para pemuda
menemukan dokumen yang berisi daftar nama tokoh ormas Islam yang akan
menjadi sasaran pembunuhan PKI. Yang membuatnya terkejut, dalam daftar
tersebut turut tercantum nama ayahnya, Abdul Kohar dan saudara ayahnya,
Zainal Mahmud yang memang aktif di ormas Islam."Seluruh isi
kantor CC PKI dikeluarkan kemudian dibakar massa, kecuali dokumen
penting, saat itu tidak ada perlawanan dari PKI," ungkapnya.Gerakan
penumpasan PKI berlanjut ke kantor CC PKI di Jalan Pemuda Kota
Mojokerto. Seperti di kantor CC PKI Jalan Prapanca, massa menemukan
dokumen daftar target pembunuhan PKI. Karena tidak ada perlawanan, massa
bergerak ke kantor Lekra yang saat itu berlokasi di Lingkungan
Panggreman."Di kantor Lekra ada perlawanan dari PKI, namun
karena jumlahnya kalah besar, mereka lari. Setelah itu, suasana semakin
panas, kita pemuda hanya 2 pilihan, dibunuh atau membunuh. Pemuda Ansor
dan pemuda muslim dilatih kanuragan oleh almarhum pak Makruf dari
Dawarblandong. Saya juga ikut latihan, baca wirid dan amalan," kisahnya.
Berbagai peristiwa mengerikan pun dialami mantan politisi PKB ini. Pada pertengahan tahun 1967, menurut Yazid, ditemukan mayat korban pembunuhan yang diduga Ketua CC PKI Jombang. Mayat tersebut dibuang begitu saja di Jalan Majapahit. Sejak saat itu, berbagai aksi pembunuhan terjadi di Mojokerto.Situasi mencekam terjadi hingga akhir tahun 1967. Korban juga berjatuhan dari ormas Islam. Aparat keamanan pun memberlakukan jam malam. Meski masih remaja, Yazid mengaku melihat langsung berbagai peristiwa berdarah penumpasan anggota PKI."Setiap sore, banyak orang nonton korban pembunuhan yang dibuang di Sungai Brantas. Melihat orang dibunuh seperti hal yang biasa. Saking traumanya, saya tidak berani melihat kambing disembelih," pungkasnya.Situasi berangsur-angsur kondusif menginjak tahun 1968. Tidak ada lagi aksi penculikan dan pembunuhan.
Berbagai peristiwa mengerikan pun dialami mantan politisi PKB ini. Pada pertengahan tahun 1967, menurut Yazid, ditemukan mayat korban pembunuhan yang diduga Ketua CC PKI Jombang. Mayat tersebut dibuang begitu saja di Jalan Majapahit. Sejak saat itu, berbagai aksi pembunuhan terjadi di Mojokerto.Situasi mencekam terjadi hingga akhir tahun 1967. Korban juga berjatuhan dari ormas Islam. Aparat keamanan pun memberlakukan jam malam. Meski masih remaja, Yazid mengaku melihat langsung berbagai peristiwa berdarah penumpasan anggota PKI."Setiap sore, banyak orang nonton korban pembunuhan yang dibuang di Sungai Brantas. Melihat orang dibunuh seperti hal yang biasa. Saking traumanya, saya tidak berani melihat kambing disembelih," pungkasnya.Situasi berangsur-angsur kondusif menginjak tahun 1968. Tidak ada lagi aksi penculikan dan pembunuhan.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.