Rencana pembangunan Majapahit Park yang sedang dilangsungkan proses
penggalian pondasinya, sudah memicu perhatian publik, terutama mereka
yang memiliki perhatian terhadap kelangsungan sejarah negeri yang jauh
lebih bernilai daripada bangunan Belanda. Kekayaan peninggalan nenek
moyang yang ternyata berada dibawah lahan yang akan dipakai sebagai
tempat didirikannya Majapahit Park sudah menampakkan diri setelah
berabad-abad terkubur dalam tanah Majapahit.
Kerusakan paling dini sudah dideteksi dan
dipublikasikan lewat koran Kompas edisi 4 Januari 2009 yang langsung
mendapatkan berbagai tanggapan berisi kecaman, keprihatinan, sekaligus
seruan penghentian perusakan situs Majapahit tersebut. Diantara situs
paling nyata yang terlihat pada perusakan akibat pembangunan pondasi,
adalah jobong atau sumur tua peninggalan Majapahit yang dibuat dari
batu-bata. Melihat jobong tersebut, maka kita bisa menyimpulkan
sementara bahwa area ini adalah peninggalan yang tidak termasuk dalam
bangunan berskala besar seperti kolam segaran (kolam raksasa) di area
tersebut, namun justru menyimpan kemungkinan bahwa area ini boleh jadi
berisi situs yang akan menceritakan banyak sekali hal tentang kehidupan
keseharian di sekitar kerajaan Majapahit masa silam.
Memang hal ini bukan yang pertama terjadi, mengingat keseluruhan
kompleks perumahan disekitar situs Majapahit dipercaya berdiri diatas
peninggalan kerajaan yang diatasnya sudah tertutup oleh rumah-rumah
rakyat. Hal ini menunjukkan betapa pemerintah masih belum dapat
melindungi dan melestarikan peninggalan nenek moyang yang menjadi
kebanggaan kita. Saya belum merasa heran akan hal ini, mengingat
perusakan seperti ini sudah sangat lumrah terjadi, seperti penjualan
peninggalan purba ke luar negeri melalui pasar gelap.
Menurut media, kesalahan pemilihan lokasi
Majapahit park sudah disadari oleh Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala (BP3) Trowulan, dan diikuti oleh larangan keras setiap
wartawan ataupun pribadi yang ingin mengabadikan perusakan tersebut
(yang tentunya hal ini bisa memicu berbagai opini, tentang upaya
menutupi perusakan situs tersebut).
Dari sisi desain, perencanaan desain ini dipandang oleh beberapa pihak sebagai opini, merupakan perencanaan yang kurang tepat sasaran, diakibatkan oleh kesalahan pemilihan lokasi, yang akhirnya berpotensi pada kegagalan keseluruhan proyek Majapahit Park, untuk ditindaklanjuti dengan pemilihan lokasi baru atau rencana desain baru, sebuah pil pahit untuk semua pihak yang terlibat dalam proyek ini, termasuk para arsitek yang bersangkutan yang mulai tercemar nama baiknya.
Dari sisi desain, perencanaan desain ini dipandang oleh beberapa pihak sebagai opini, merupakan perencanaan yang kurang tepat sasaran, diakibatkan oleh kesalahan pemilihan lokasi, yang akhirnya berpotensi pada kegagalan keseluruhan proyek Majapahit Park, untuk ditindaklanjuti dengan pemilihan lokasi baru atau rencana desain baru, sebuah pil pahit untuk semua pihak yang terlibat dalam proyek ini, termasuk para arsitek yang bersangkutan yang mulai tercemar nama baiknya.
Terdapat pihak-pihak pemerhati desain yang tampaknya berkeberatan
akan keberadaan desain yang lebih mengedepankan konsep entertainment
park karena dipandang bisa menyesatkan, akibat nilai historis yang dapat
tertutupi oleh situasi konsep Majapahit Park yang lebih mirip Theme
Park bergaya modern daripada pengalaman pada nilai historis dari
peninggalan situs Majapahit. Meskipun demikian, upaya menghadirkan
kembali kosakata arsitektural yang ditinggalkan oleh nenek moyang
seperti penggunaan arsitektur tradisional sebagai inspirasi, penggunaan
material paling menonjol yaitu material batu bata, bisa menjadi upaya
menarik memori masa lalu ke masa depan.(Probo Hindarto)
(sumber artikel)
Posting Komentar